Belajar
EN
Kondisi Kesehatan Mental

Cara Sederhana untuk Membantu Saat Seseorang dalam Hidupmu Mengalami Depresi

Konten ini dikembangkan bersama yang telah memberikan kontribusi keahlian mereka melalui proses peer review dan masukan khusus untuk memastikan informasi yang komprehensif dan akurat.

Di halaman ini
Sumber

Depresi tidak hanya mempengaruhi orang yang mengalaminya, tetapi juga orang-orang yang peduli pada mereka. Ketika seseorang yang kamu sayangi sedang berjuang menghadapi depresi, mereka mungkin kesulitan menjaga koneksi yang bermakna – bahkan dengan orang-orang yang paling mereka cintai. Akibatnya, orang terdekat atau pengasuh bisa merasa tidak berdaya, terputus, atau bingung bagaimana cara mendukung mereka.

Depresi bisa muncul secara berbeda pada setiap orang. Jadi, wajar kalau cara terbaik untuk terhubung juga akan berbeda-beda tergantung pada orangnya. Saran-saran dalam artikel ini dimaksudkan sebagai panduan fleksibel, bukan aturan baku. Cara paling efektif untuk mendukung seseorang dengan depresi adalah dengan bertanya secara lembut apa yang mereka butuhkan, lalu bersikap terbuka untuk menyesuaikan pendekatan kamu berdasarkan preferensi, kenyamanan, dan kondisi emosional mereka.

Dukungan Seperti Apa yang Paling Membantu

Berikut ini adalah hal-hal yang dibagikan oleh orang-orang dengan depresi — hal-hal kecil yang ternyata sangat berarti:

  • “Tahu kalau aku bisa menelepon kapan saja, siang atau malam.”
  • “Membantu aku dengan rutinitas dan struktur.”
  • “Cukup mendengarkan. Dan terus mendengarkan.”
  • “Tidak berpura-pura mengerti atau terus-menerus menceritakan pengalaman mereka sendiri.”
  • “Mengecek kabar aku.”
  • “Tidak marah.”
  • “Tidak menghakimi.”
  • “Meluangkan waktu untuk bisa bersama-sama.”
  • “Memahami bahwa kadang aku hanya ingin ditemani, tapi tidak sanggup berbicara.”
  • “Memahami bahwa kadang aku tidak bisa berada di dekat siapa pun.”
  • “Tidak membuat aku merasa malu atau bersalah karena terjebak di situasi ini.”
  • “Mengingatkan bahwa ini butuh waktu — kamu tidak bisa langsung lepas dari keadaan ini dalam semalam.”
  • “Memahami bahwa ini butuh banyak tenaga dan usaha, bahkan lebih dari apa yang terlihat.”
  • “Memberiku gambaran harapan yang lain.”
  • “Mengingatkan aku semua hal baik yang sudah pernah aku lakukan dalam hidup.”
  • “Mengingatkan aku betapa aku adalah teman yang baik.”
  • “Mencintaiku, dan mengatakannya.”
  • “Menanyakan apakah aku ingin dipaksa atau didorong secara perlahan untuk melakukan sesuatu. Menyuruh aku kasih tahu kapan aku siap, dan benar-benar melakukannya saat aku siap.”
  • “Membantu aku terhubung kembali; melakukannya bersama aku untuk memulainya.”
  • “Memberitahuku bahwa kamu ada untukku, meskipun aku belum siap untuk bicara atau mengambil langkah ke depan.”
  • “Memberiku ruang untuk sembuh dan berkembang sesuai dengan ritmeku, sambil secara lembut mendorong agar aku tidak merasa kewalahan atau tertekan untuk buru-buru.”

Hal-Hal yang Menyakiti dan Membuat Aku Mundur

Sebaliknya, ini adalah hal-hal yang justru memperburuk keadaan — bahkan jika niatnya baik:

  • “Meremehkan perasaanku dan pengalamanku dengan mengatakan bahwa orang lain lebih buruk keadaannya, atau bahwa aku seharusnya ‘bersyukur’ dan fokus ke hal-hal positif saja.”
  • “Membuat aku merasa bersalah karena depresiku memengaruhi orang lain, seolah-olah aku sengaja melakukannya atau aku bisa mengendalikannya.”
  • “Membuat aku merasa seperti beban karena membutuhkan dukungan dan pengertian lebih.”
  • “Bersikeras agar aku melakukan sesuatu yang belum aku siap lakukan.”
  • “Marah ketika aku tidak bisa atau tidak mau mengikuti saran mereka.”
  • “Terus-menerus membicarakan soal depresiku atau menanyakan pertanyaan tentang itu meskipun aku tidak ingin membahasnya. Kadang, justru lebih membantu untuk membicarakan hal lain.”
  • “Memperlakukan aku seperti anak kecil yang keras kepala.”
  • “Menganggap aku hanya malas.”
  • “Menyuruh aku untuk ‘semangat dong’ atau ‘ayo bangkit.’”
  • “Bilang kalau aku hanya perlu memutuskan untuk bahagia, dan semuanya akan berubah.”
  • “Menghilang dari hidupku.”
  • “Tidak menghargai privasiku.”
  • “Tidak menelpon seperti yang mereka janjikan. Kadang, satu-satunya hal yang membuat aku bertahan adalah menunggu telepon itu datang di akhir hari.”

Apa yang Bisa Kamu Katakan

Memulai percakapan dengan seseorang yang sedang mengalami depresi bisa terasa menegangkan, tapi tidak perlu sempurna untuk bisa bermakna. Yang paling penting adalah menunjukkan kepedulian, kesabaran, dan kesediaan untuk mendengarkan tanpa tekanan. Di bawah ini adalah beberapa cara sederhana untuk membuka percakapan, sambil membiarkan orang yang kamu sayangi memimpin arah pembicaraan.

1. Mulailah dengan pertanyaan yang lembut

Bagi seseorang yang mengalami depresi, berbicara bisa terasa seperti tugas yang berat. Mereka mungkin tidak langsung terbuka, dan itu tidak apa-apa. Memulai dengan ringan, tanpa membuat mereka merasa kewalahan, bisa menjadi langkah awal yang baik.

  • “Kamu mau ngobrol?”
  • “Kamu merasa ingin ngobrol? Kita bisa bicara soal itu, atau kita bisa bicara soal hal lain. Terserah kamu.”
  • “Kamu mau cerita tentang itu? Atau kita bisa saja melakukan sesuatu bareng, kalau kamu mau. Kamu pilih yang kamu nyamanin.”

Berikan mereka ruang. Jangan takut dengan keheningan. Kehadiran dan kesabaran kamu saja sudah bisa sangat berarti.

2. Berikan pilihan alih-alih pertanyaan

Kadang, ditanya bisa terasa terlalu berat. Memberi pilihan lewat pernyataan bisa membuka jalan untuk mereka bercerita — atau tidak — sesuai kenyamanan mereka.

  • “Kita bisa ngobrol atau diam aja. Bisa ngobrol soal perasaan kamu atau soal hal lain.”
  • “Kita bisa jalan ke suatu tempat, atau duduk bareng di sini.”

3. Biarkan mereka memimpin

Biarkan mereka menentukan apa yang mereka butuhkan — dan bersikap terbuka terhadap apa pun jawabannya.

  • “Aku nggak tahu apakah kamu mau aku dorong buat ngelakuin sesuatu hari ini atau nggak. Kamu yang bilang ke aku ya.”

4. Perlakukan mereka dengan hormat

Kalau mereka nggak mau bicara, jangan terlalu memaksa. Dengan menghargai keputusan mereka, kamu memberi mereka kekuatan untuk percaya pada keputusan sendiri dan membangun kepercayaan diri untuk pulih.

Do’s and Don’ts 

Jangan (Don'ts) Bisa (Do's)
“Nggak separah itu kok.” “Itu pasti berat banget. Aku ikut sedih dengarnya.”
“Masih ada yang keadaannya lebih buruk.” “Aku bisa bantu apa buat kamu?”
“Selalu ada cahaya diujung terowongan.” “Kita akan lewatin ini bareng-bareng. Aku bakal bantu sebisa mungkin.”
“Semua akan membaik kok.” “Hubungi aku ya. Kasih tahu aku harus ngapain. Aku akan tetap di sini buat kamu, selama yang kamu butuhkan.”
“Kamu cuma butuh sudut pandang yang berbeda.” “Hidup memang kadang menyebalkan. Gimana kalau kita jalan-jalan sebentar?”
“Terima aja semuanya seperti apa adanya.” “Ada hal-hal yang memang nggak bisa kita pahami. Terlalu berat untuk dipikul sendirian.”
“Nggak ada yang bisa kamu lakukan.” “Ini memang hal yang paling berat.”
“Kamu tahu ini nanti juga bakal berlalu.” “Aku sayang kamu. (Peluk). Aku ada di sini buat kamu. Bertahan ya.”
“Selalu ada hikmah di balik semua ini.” “Aku harap ada hal baik yang bisa muncul dari semua ini, tapi jujur aku belum bisa lihat sekarang. Rasanya sakit banget. Aku ikut merasakan sakitmu.” (Peluk)
“Ini sudah kehendak Tuhan.” “Kamu benar, ini memang nggak masuk akal.”
“Memang sudah takdirnya begitu.” “Memang sulit buat terus percaya. Tapi nanti akan lebih mudah kalau kamu bisa temukan sesuatu yang kamu percayai lagi. Untuk sekarang, cukup bertahan satu menit demi satu menit.”
“Memang beginilah hidup ini.” “Aku nggak tahu harus bilang apa, tapi aku disini. Dekat rumah kamu, cukup satu panggilan aja. Kita akan hadapi ini sama-sama.”
“Sekarang saatnya kamu lanjutkan hidup.” “Kamu sudah banyak berkembang dan itu nggak apa-apa. Kamu patut bangga. Bisa sampai di titik ini aja udah luar biasa.”
“Ayo dong, jangan lemah.” “Nggak apa-apa kalau ini butuh waktu — bahkan waktu yang lama.”
“Ini juga terjadi ke orang lain kok. Kamu bukan satu-satunya.” “Ini jauh lebih berat daripada apapun yang pernah aku hadapi. Aku nggak ngerti gimana kamu bisa tetap menjalani hari atau bahkan bantu orang lain, padahal kamu sendiri sedang kesakitan.”
“Lupakan aja, lanjutkan hidupmu.” “Aku harap semuanya nggak harus terjadi seperti ini.”
“Kenapa sih kamu nggak bisa ‘move on’ aja?” “Aku nggak bisa bayangin betapa beratnya ini buat kamu, jadi ambil waktu sebanyak yang kamu butuhkan — aku akan tetap di sini kapan pun kamu butuh tempat buat cerita, dukungan, atau sekadar dimengerti.”
“Kamu nanti juga bakal baik-baik saja. Ini nggak seserius itu, tinggal tunggu waktu aja.” “Nggak apa-apa kok kalau kamu belum tahu semua jawabannya sekarang — kita hadapi ini pelan-pelan, bareng-bareng.”

Hindari mengatakan hal-hal yang bisa membuat mereka merasa diabaikan atau bahwa rasa sakit mereka tidak valid.
Komentar yang membandingkan perjuangan mereka dengan orang lain atau mengecilkan apa yang sedang mereka alami bisa sangat menyakitkan. Kalau kamu nggak tahu harus berkata apa, nggak apa-apa kok untuk jujur dan mengakui dengan berkata:
“Aku nggak tahu harus ngomong apa, tapi aku ada disini buat kamu.”

Kejujuran ini jauh lebih menghibur daripada mengatakan sesuatu yang secara tidak sengaja bisa mengabaikan perasaan mereka.

Ambil perasaan mereka dengan serius.
Akui apa yang mereka rasakan tanpa menghakimi. Tunjukkan empati – bukan keahlian. Kamu nggak perlu punya semua jawaban, dan nggak apa-apa kalau hanya duduk dalam diam bersama mereka.

Sering kali, sekadar hadir, mendengarkan dengan penuh kasih, dan menawarkan ruang yang aman untuk didengar jauh lebih bermakna daripada mencoba memperbaiki atau menyelesaikan sesuatu.

Apa yang bisa dilakukan

Kadang, kehadiran kamu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Sekadar berada di sana menunjukkan perhatian, kesabaran, dan bahwa waktu serta energimu diberikan dengan tulus karena orang itu penting buat kamu. Itu memberi pesan: “Kamu nggak sendirian.”

Gestur negatif yang perlu dihindari

Tindakan-tindakan ini secara nggak sengaja bisa membuat seseorang merasa dihakimi, diabaikan, atau makin merasa terisolasi:

  • Nada suara sarkastik, tidak sabar, atau menghakimi
  • Suara bernada tinggi
  • Meninggikan suara
    Memutar mata
  • Bertukar pandang canggung dengan orang lain
  • Mengernyitkan dahi (kecuali kalau kamu setuju dengan apa yang mereka katakan)
  • Berbicara seolah mereka nggak paham atau nggak mampu memahami
  • Berbicara seolah kamu sedang menenangkan anak kecil
  • Bahasa tubuh yang menunjukkan gangguan atau tidak fokus, seperti sering mengecek HP, menghela napas keras, atau menunjukkan frustasi
  • Sering menyela saat mereka bicara, memberi opini yang tidak diminta, atau mencoba menyelesaikan kalimat mereka

Gestur positif yang membantu

Isyarat non-verbal ini menyampaikan kehangatan, empati, dan rasa aman:

  • Menyentuh bahu mereka dengan lembut
  • Mencondongkan tubuh ke arah mereka, bukan menjauh
  • Merilekskan postur tubuhmu
  • Pelukan
  • Memegang tangan
  • Merentangkan tangan untuk diraih
  • Merangkul dari bahu atau pinggang (sesuai dengan kenyamanan mereka terhadap sentuhan)
  • Senyuman
  • Kontak mata
  • Ekspresi bahwa kamu mendengarkan, membiarkan mereka memimpin percakapan
  • Memperlambat ritme bicara dan gerak, tidak terburu-buru
  • Mengangguk pelan sebagai tanda bahwa kamu paham dan mengakui apa yang mereka rasakan

Cara praktis untuk menunjukkan dukungan

  • Bantu menyelesaikan tugas sehari-hari: bersihkan lemari, masak makan malam, bantu bayar tagihan
  • Ajak jalan bareng: belanja kebutuhan, minum kopi, olahraga
  • Berikan hadiah yang bisa mereka pegang atau rasakan: masakan buatanmu, bunga, sweater, dsb.
  • Berikan catatan pendek berisi pesan positif: “Kamu berani dan luar biasa.” atau “Nggak ada yang sebaik dan sepeduli kamu.”
  • Siapkan care package berisi makanan favorit, produk perawatan diri, atau benda-benda kecil yang bisa meringankan hari-hari mereka
  • Tawarkan hari untuk bersantai atau staycation bareng, sebagai pengalihan yang menenangkan

Untuk depresi yang lebih ringan, ajak bicara dan rencanakan hal-hal bersama — tanyakan apa yang mereka butuhkan, dan lakukan bersama-sama.

Untuk depresi yang lebih berat, jangan menunggu izin, tapi ambil inisiatif dengan penuh kelembutan untuk melakukan hal-hal yang bisa membantu, sambil tetap menghargai batasan mereka.

Strauss, C. (1952). Talking to Depression: Simple Ways to Connect When Someone in Your Life Is Depressed. New American Library.