Belajar
EN
Kesehatan Mental Sehari-hari

Bullying (Perundungan)

Di halaman ini
Sumber

Apa itu Bullying

Pengertian dan Karakteristik Bullying

Bullying atau perundungan adalah tindakan agresif yang muncul karena adanya ketimpangan dalam kekuatan/kekuasaan yang nyata maupun hanya berupa persepsi (real or perceived). Ketimpangan ini bisa berupa ketimpangan fisik, mental, maupun jumlah antara pelaku dan korban. Suatu tindakan agresif dapat dikategorikan sebagai bullying jika:

  • Dilakukan secara sengaja: tindakan agresif sengaja dilakukan oleh pelaku dengan tujuan untuk menyakiti korban
  • Ada ketidakseimbangan kekuatan: pelaku merasa lebih kuat/berkuasa daripada korban sehingga melakukan tindakan dengan niat untuk mencederai, ancaman agresi lebih lanjut, dan terror dengan tujuan untuk mengontrol orang lain yang lebih lemah darinya
  • Ada pengulangan: tindakan agresif ini terjadi tidak hanya sekali melainkan berulang kali dalam waktu lama

Jenis-jenis Bullying

Sherri Gordon mengkategorikan bullying menjadi 6 jenis yaitu:

Physical Bullying: jenis bullying dimana pelaku menggunakan tindakan fisik untuk menindas target yang dijadikan korban. Pelaku biasanya memiliki fisik yang lebih kuat dan bertindak lebih agresif daripada teman-temannya. Secara umum, physical bullying lebih sering dilakukan oleh laki-laki. Jenis bullying ini paling mudah diidentifikasi karena bentuk tindakannya fisik dan bekas dari kekerasan dapat dilihat.
Contoh: menampar, memukul, menendang, mendorong, dan kekerasan fisik lainnya.

Verbal Bullying: jenis bullying dimana pelaku menggunakan kata-kata dan panggilan yang menyakiti dan merendahkan target. Biasanya pelaku memilih target mereka berdasarkan penampilan atau cara mereka berperilaku sehingga tak jarang orang berkebutuhan khusus menjadi sasaran verbal bullying. Verbal bullying biasanya sulit diidentifikasi karena seringkali muncul saat tidak ada orang dewasa yang melihat.
Contoh: menghina, mengejek, mengucapkan kata-kata kasar, dan memberi julukan yang menyakiti perasaan korban.

Relational Aggression: jenis bullying dimana pelaku mencoba untuk mengintimidasi target atau menyabotase status sosial target. Tujuan dari relational aggression adalah untuk meningkatkan status sosial pelaku. Secara umum, relational aggression cenderung dilakukan oleh perempuan.
Contoh: mengasingkan target dari suatu kelompok, menyebarkan desas-desus, memanipulasi situasi, dan merusak kepercayaan diri target.

Cyberbullying: jenis bullying dimana pelaku menggunakan internet, smartphone, dan teknologi lainnya untuk mengancam, mempermalukan, atau melecehkan target. Pelaku biasanya mengeluarkan kata-kata yang tidak berani mereka katakan secara langsung. Teknologi membuat mereka merasa anonim sehingga cyberbullying seringkali sangat kejam.
Contoh: mengirim ancaman online, melakukan teror melalui social media, menuliskan komentar-komentar menyakitkan pada sebuah postingan, serta memposting hal yang bisa mempermalukan target.

Sexual Bullying: jenis bullying yang terdiri dari tindakan yang menargetkan seseorang secara seksual. Sexting dapat mengarah pada sexual bullying. Misalnya, seorang gadis mengirim foto dirinya kepada pacarnya. Ketika mereka putus, sang mantan menyebarkan foto itu. Pada akhirnya, si gadis menjadi sasaran sexual bullying. Beberapa laki-laki bahkan mungkin melihat ini sebagai undangan terbuka untuk menyerangnya secara seksual. Dalam kasus-kasus ekstrem, sexual bullying dapat mengarah pada sexual assault (serangan seksual).
Contoh: pemanggilan nama seksual, gerakan vulgar terhadap target, sentuhan yang tak diinginkan, slut-shaming, sexual propositioning, berkomentar kasar tentang penampilan, tubuh, perkembangan seksual, atau aktivitas seksual seseorang.

Prejudicial Bullying: jenis bullying yang dilakukan berdasarkan prasangka terhadap etnis, ras, agama, atau orientasi seksual tertentu. Prejudicial bullying dapat mencakup jenis-janis bullying lainnya. Pelaku prejudicial bullying menargetkan orang lain yang dirasa berbeda dari mereka dan menjauhi, mengintimidasi, atau bahkan mendiskriminasi mereka.

Peran-peran dalam Bullying

Bullying lebih sering dilakukan berkelompok ketimbang dilakukan oleh perorangan. Ada 6 peran dalam bullying yaitu:

  1. Bully/bullies: orang yang menjadi pelaku bullying dan biasanya berperan sebagai pemimpin kelompok.
  2. Follower(s): orang yang membantu melakukan bullying dan biasanya ikut terlibat aktif dalam melakukan bullying.
  3. Supporter(s)/Reinforcer(s): sekelompok orang yang menyaksikan bullying, menyoraki, memprovokasi bully, mentertawakan korban, bahkan mengajak teman-teman mereka untuk menyaksikan bullying.
  4. Bystander(s)/Outsider(s): orang-orang yang mengetahui bullying itu terjadi namun tidak melakukan apapun dan berpura-pura tidak tahu mengenai kejadian tersebut.
  5. Defender(s): orang yang membantu korban bullying itu sendiri. Namun tak jarang orang ini juga dijadikan sebagai korban bullying tambahan.
  6. Victim: orang yang dijadikan sebagai korban atau sasaran bullying. Victim biasanya orang yang dianggap lebih lemah daripada bully sehingga menjadi target dari tindakan bullying.

Efek Bullying terhadap Kesehatan Mental

Dampak pada Victim

Setiap perilaku agresif pasti memiliki dampak buruk bagi korbannya. Secara fisik, physical bullying dapat mengakibatkan memar, luka pada organ dalam, bahkan koma. Secara akademis, korban bullying dapat mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar karena merasa takut, cemas, dan sibuk memikirkan cara untuk menghindari pelaku bullying. Hal ini berakibat pada menurunnya prestasi akademik korban. Secara psikologis, bullying dapat menjadi stressor bagi remaja. Remaja mengandalkan teman sebaya untuk memberikan dukungan yang sebelumnya diberikan oleh keluarga. Oleh karena itu, penerimaan dari teman sebaya merupakan hal yang sangat penting. Penolakan akan berakibat pada munculnya masalah psikologis seperti:

  • Penyesuaian sosial yang buruk di mana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah jika bullying terjadi di sekolah
  • Merasa sedih dan takut
  • Gangguan kecemasan, kesulitan berhubungan dengan orang lain, dan kesepian
  • Mengembangkan pola perilaku agresif atau submissive yang bertahan hingga mereka dewasa, sehingga berakibat pada rendahnya self-esteem, mudah curiga terhadap orang lain, dan menarik diri dari pergaulan
  • Depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Fekkes, Pijpers, & Verloove-Vanhorick (2004) menunjukkan bahwa korban bullying menunjukkan depresi pada taraf sedang sejumlah tiga kali lipat lebih besar dan depresi pada taraf berat sejumlah tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami bullying.
  • Pada jangka panjang bullying dapat menyebabkan trauma 
  • Kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being) di mana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, dan tidak berharga
  • Pada kasus ekstrem, korban memiliki keinginan untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan beresiko tinggi untuk melakukan bunuh diri.

Eratnya hubungan antara kesehatan mental dan kesehatan fisik menyebabkan korban bullying terkadang juga mengalami gangguan pada fisiknya. Gejala-gejala fisik yang muncul tanpa sebab medis namun berkaitan dengan kesejahteraan psikologis disebut psychosomatic symptoms. Psychosomatic symptoms biasanya muncul dalam bentuk sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, gangguan pencernaan, sakit dada, dan sakit tenggorokan.

Dampak pada Bullies

Bullying tak hanya berdampak buruk pada korban melainkan pada pelaku juga. Pelaku bullying lebih beresiko untuk:

  • Mendapatkan nilai yang rendah dan memiliki pandangan yang buruk terhadap sekolah
  • Mudah terlibat perkelahian dan perilaku mengganggu lainnya yang dapat menyebabkan masalah dengan teman sekolah bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah
  • Memiliki kecenderungan untuk mencuri atau melakukan vandalisme
  • Terlibat dalam binge drinking dan penggunaan obat-obatan terlarang
  • Lebih mungkin untuk memiliki dan membawa senjata ketika dewasa
  • Lebih sering melakukan pelanggaran lalu lintas dan empat kali lebih berpotensi untuk terlibat dalam tindakan kriminal dibandingkan orang-orang yang bukan pelaku atau mantan pelaku bullying
  • Mengembangkan Antisocial Personality Disorder
  • Berpotensi melakukan hubungan seksual lebih awal daripada teman-teman sebayanya
  • Mempunyai kecenderungan untuk menjadi pasangan dan orang tua yang abusive ketika sudah berkeluarga

Dampak pada Bystander

Tidak hanya pada korban dan pelaku. Mereka yang mengetahui adanya bullying, melihat, tetapi tidak melakukan apapun juga terkena dampaknya. Dampak bullying pada bystander antara lain:

  • Tergoda untuk ikut melakukan bullying
  • Enggan bersekolah
  • Merasa takut atau tak berdaya untuk bertindak
  • Merasa bersalah karena tidak melakukan apapun untuk menghentikan bullying
  • Mengalami peningkatan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan
  • Mengalami peningkatan dalam penggunaan rokok, alkohol, dan obat-obatan lainnya

Dampak pada Sekolah dengan Isu Bullying

Jika sekolah tidak mengambil tindakan tegas untuk menghentikan bullying, seisi sekolah dapat terkena imbasnya. Hal ini berdampak pada proses belajar mengajar, kepuasan karyawan, dan kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang akan berakibat pada:

  • Sekolah menjadi lingkungan yang dipenuhi rasa takut dan tidak hormat
  • Siswa mengalami kesulitan dalam belajar
  • Siswa merasa insecure
  • Siswa tidak menyukai lingkungan sekolah
  • Siswa merasa bahwa guru dan karyawan di sekolah tidak peduli dengan mereka

Apa yang Harus Dilakukan Jika Menjadi Korban Bullying?

Jika kamu menjadi korban bullying, pertama-tama kamu harus mengetahui 2 hal ini:

Kamu tidak sendirian: semua orang pernah dibully. Namun, sebagian besar dari mereka merahasiakannya karena mereka merasa malu dan takut. Mereka kira dengan mengabaikan masalah bullying, bullying akan hilang dengan sendirinya (padahal tidak begitu).

Ini bukan salahmu: kamu tidak meminta untuk dibully. Orang lainlah yang memutuskan untuk membully kamu. Bukan salahmu kalau kamu dibully. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. 

Setelah menyadari 2 hal di atas, berikut DON’Ts and DOs dalam menghadapi bully.

DON’Ts

Membully atau Membalas Pelaku Bullying

Tidak ada baiknya membalas kejahatan dengan kejahatan. Itu hanya akan menunjukkan bahwa kamu tidak lebih baik dari bullies. Selain itu, bullying juga memiliki dampak buruk bagi semua pihak.

Mengabaikannya

Jika kamu merasa tersiksa dengan bullying, jangan pernah mengabaikannya. Buat dirimu merasa lebih baik. Ceritalah pada orang lain.

Bolos Sekolah

Jangan pernah sekalipun kamu bolos sekolah karena takut dibully. Bullies malah senang dengan hal itu karena mereka berhasil membuatmu takut. Mereka merasa lebih kuat dan akan lebih gencar membullymu.

Takut untuk Bercerita

Jangan pernah takut bercerita pada orang lain. Jika bullying benar-benar membuatmu merasa terganggu, ceritalah. Dengan bercerita, kamu membagikan bebanmu pada orang lain sehingga penderitaanmu berkurang. Segala hal akan lebih mudah bila dihadapi bersama. Itulah gunanya keluarga dan teman. Mereka ada di saat kamu senang dan tidak akan meninggalkanmu ketika kamu sedih dan terpuruk.

Melukai Diri Sendiri

Jangan pernah melakukan tindakan-tindakan yang melukai diri sendiri apalagi bunuh diri. Itu tidak akan menyelesaikan masalah. Hal-hal seperti itu bukan hanya akan melukai diri sendiri tetapi akan melukai hati orang-orang yang menyayangimu. Jangan berpikir kalau kamu menyakiti dirimu maka bullying akan hilang. Mereka akan senang karena mereka merasa lebih kuat darimu. Ingat, yang ingin kamu bahagiakan adalah keluargamu, teman-temanmu, dan orang-orang yang menyayangimu bukan para bullies.

DOs

Cuek terhadap Bullies

Bully ingin kamu untuk bereaksi terhadap tindakan mereka. Tujuan mereka mengganggumu adalah untuk membuatmu merasa lemah, sedih, dan takut. Jika kamu menunjukkan bahwa kamu tenang, kamu baik-baik saja, dan kamu tidak takut terhadap mereka, mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan sehingga mereka akan berhenti mengganggumu dengan sendirinya. Hal ini juga berlaku dalam cyberbullying. Diamkan saja, mereka tidak berhak atas perhatianmu. Keluarga dan teman-temanmu lebih berhak mendapatkan perhatianmu.

Simpan Bukti-bukti

Dalam cyberbullying terkadang mengacuhkannya akan membuatnya memburuk. Jika cyberbullying tidak berhenti, simpanlah bukti-bukti tersebut dan ceritakan pada orang tua. Kamu juga bisa melaporkannya kepada pihak yang berwenang.

Menjauhlah dari Bullies

Jika bullies menghampirimu dan mengganggumu, kamu bisa menanggapi mereka dengan berkata:

  • Merasa lebih baik?
  • Jika kamu membicarakanku di belakang, jelas sekali bahwa hidupku lebih menarik dibandingkan hidupmu
  • Cukup! Hentikan ini!
  • Terserah sajalah
  • Begini lagi. Ini membosankan. Beritahu aku kalua kamu sudah selesai
  • Aku tidak tahu kenapa kamu mengatakan hal-hal seperti itu tentangku, tapi aku tidak peduli
  • Maaf, tapi kamu sepertinya berpikir kalau aku peduli

Setelah mengucapkan kalimat balasan, menjauhlah dari mereka. Teruslah berjalan dan jangan menengok apapun yang terjadi. Bayangkan kamu berjalan menjauhi orang asing yang tidak kamu kenal. Mereka akan melihat bahwa kamu tidak terganggu dengan keberadaan mereka dan kamu tidak peduli sehingga mereka akan berhenti mengganggumu.

Jika kamu takut terhadap bullies, hindari tempat-tempat dimana mereka biasa berada. Jika mereka tidak melihatmu, mereka tidak dapat menghadangmu.

Stay Positive

Cobalah untuk mengingat hal-hal baik dalam dirimu. Ingat sifat-sifat baikmu, kebaikan-kebaikan yang pernah kamu lakukan, hal-hal yang kamu sukai, dan momen-momen menyenangkan dalam hidupmu. Ingat orang-orang yang kamu sayangi dan sadarilah bahwa mereka pun menyayangimu dan tidak hal buruk terjadi padamu. Lakukan hal-hal yang kamu sukai Bersama orang-orang yang kamu sayangi. Itu akan sangat membantumu untuk stay positive. Ingatlah bahwa kamu berharga dan tidak ada seorangpun yang berhak membuatmu merasa tak berdaya.

Bangun Kepercayaan Dirimu

Bullies biasanya menargetkan orang yang mereka pikir lebih lemah dari mereka. Bangunlah kepercayaan dirimu dan tunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang kuat dan kamu tidak takut terhadap mereka.

Perbanyak Teman

Bullies biasanya mengganggu satu orang bukan satu kelompok. Bergaullah dan perbanyak temanmu. Bullies tidak akan mengganggumu jika kamu bersama teman-temanmu.

Ceritalah pada Orang Lain

JIka bullies tetap mengganggumu, cobalah untuk menceritakan hal tersebut pada teman, orang tua, atau guru. Dengan bercerita, kamu bisa mendapatkan bantuan dan dukungan. Selain orang-orang terdekat, kamu juga bisa bercerita pada konselor atau psikolog. Ceritakan dengan jelas apa yang terjadi, siapa pelakunya, kapan bullying terjadi, dimana bullying itu terjadi, sudah berapa lama hal itu berlangsung, dan bagaimana perasaanmu. Tanyakan juga apa yang mereka lakukan untuk membantumu dan menghentikan bullying.

Apa yang Dapat Dilakukan Ketika Melihat Seseorang Dibully?

Tidak Menyebarkan Rumor

Jika ada orang yang membicarakan rumor atau gosip padamu yang belum tentu benar, jangan ikut menyebarkannya. Jika kamu ikut menyebarkan rumor yang belum jelas kebenarannya, kamu menjadi bagian dari masalah. Kamu pun juga tidak mau kan kalau ada orang yang menyebarkan rumor tidak benar tentangmu.

Tidak Menonton dan Ikut Bullying

Bullies suka bila banyak penonton apalagi jika tindakannya didukung oleh penonton. Jangan berdiri saja dan melihat apa yang terjadi. Jangan diam saja jika bullying terjadi, ada seseorang yang membutuhkan bantuanmu. Cepatlah bertindak. Segera cari bantuan atau speak up.

Menawarkan Bantuan

Penting untuk tidak sepenuhnya melindungi orang yang dibully. Pastikan mereka merasa kekuatan apa pada mereka sendiri dan kamu ada di sana untuk mendukung mereka. Cara yang baik untuk melakukan ini adalah dengan menanyakan bagaimana keadaannya, apakah ia baik-baik saja, bagaimana kamu dapat membantu mereka, atau langkah apa yang akan mereka ambil selanjutnya. Cukup menunjukkan bahwa kamu peduli itu dapat membuat perubahan besar.

Bertemanlah dengan Orang yang Dibully

When someone is down they need a friend. Bertemanlah dengan mereka, be there for them. Luangkan waktu bersama mereka, pastikan mereka tahu mereka tidak sendirian. Dengarkan mereka bercerita mengenai keluh kesah mereka, tidak perlu menggurui atau menghakimi mereka. Tunjukkan bahwa kamu peduli. Menjadi teman yang pengertian dan suportif sangat berarti bagi mereka.

Stand Up for The Person Being Bullied

Jika dirasa aman dan kamu punya cukup keberanian, kamu bisa menghentikan bullying itu secara langsung dengan speak up. Beritahu bullies bahwa apa yang mereka lakukan itu salah, itu tidak keren, dan mereka harus berhenti melakukannya. Keep it simple, bicaralah dengan tenang, dan tidak perlu bertindak agresif. Don’t bully them back. Tindakan agresif malah akan membuat situasi memburuk. Mungkin saja orang lain yang tadinya takut untuk berbuat sesuatu jadi ikut berpartisipasi dalam menghentikan bullying.

Ceritakan pada Orang Dewasa

Jika kamu takut menjadi sasaran bullying karena kamu berani speak up, kamu bisa menceritakan permasalahan bullying tersebut kepada orang dewasa. Kamu bisa melapor kepada wali kelas, guru bk (bimbingan konseling), kepala sekolah, atau orang dewasa yang kamu percaya. Ceritakan dengan jelas siapa yang dibully, siapa pelakunya, dimana dan kapan bullying itu terjadi.

Bantuan Lebih Lanjut di Indonesia

Kamu juga bisa melaporkan bullying dan kekerasan anak lainnya dengan menghubungi:

Telepon Pelayanan Sosial Anak (TePSA)
Hotline pengaduan: 1500-771
Alamat email: tepsa.indonesia@gmail.com
Telepon: 081238888002
Facebook: tepsa kemensos
Twitter: @TePSAKEMENSOS

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Alamat: Jl. Teuku Umar No. 10 Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Hotline pengaduan: 021—31901556
Fax: 021—3900833
Website: www.kpai.go.id
Instagram: kpai_official
Twitter: @KPAI_official

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM)
Alamat: Jl. Latuharhary No. 4B Menteng, Jakarta Pusat
Fax: 021-3925227
Alamat email pengaduan: pengaduan@komnasham.go.id
Nomor konsultasi pengaduan: 0812-2679-8880
Kasus cyberbullying juga dapat dilaporkan kepada polisi, setidaknya polres setempat atau hubungi Cyber Crime Polri
Facebook: Cyber Crime Polri
Alamat email: cybercrime@polri.go.id

6 Types of Bullying by Bullying Expert Sherri Gordon (http://www.dontbullyme.mobi/)

7 Things You Can Do If You Witness Someone Being Bullied (https://www.ditchthelabel.org/witness-someone-being-bullied/)

Bullies, Victims, and Bystander (http://preventingbullying.promoteprevent.org/4-bullies-victims-and-bystanders)

Effects of Bullying (https://www.stompoutbullying.org/get-help/about-bullying-and-cyberbullying/effects-bullying/

Effects of Bullying (https://www.stopbullying.gov/at-risk/effects/index.html)

How Bullying Affects Children (http://www.violencepreventionworks.org/public/bullying_effects.page)

If You See Someone Being Bullied (https://www.girlshealth.gov/bullying/stopping/seeing.html)

Ramadhani, A., & Retnowati, S. (2013). Depresi pada Remaja Korban Bullying. Jurnal Psikologi, 9(2), 73-79. doi:10.24014/jp.v9i2.165

Romain, T. (2008). Bullies Are a Pain in The Brain. ReadHowYouWant.com.

Siswati, & Widayanti, C. G. (2009). Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri Semarang: Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip, 5(2). Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/8336/1/FENOMENA_BULLYING__DI_SEKOLAH_DASAR_NEGERI_DI_SEMARANG.pdf

What is Bullying? (https://www.education.vic.gov.au/about/programs/bullystoppers/Pages/what.aspx?Redirect=1)

What is Bullying? (https://www.stopbullying.gov/what-is-bullying/index.html)

Kembali ke atas