Setelah mengetahui apa yang dapat dilakukan jika kamu dibully, langkah selanjutnya adalah membela diri kamu dengan aman. Ada berbagai cara yang dapat kamu lakukan, dan cara yang paling efektif sering kali tergantung pada bagaimana pelaku intimidasi menjadikan kamu sebagai korban – apakah melalui intimidasi langsung atau tidak langsung.
5 langkah mendorong perilaku upstander untuk mengatasi bullying di sekolah
Langkah 1: Kenali perilaku bullying
Untuk Membantu upstander mencapai langkah ini, mereka perlu meningkatkan kesadaran tentang bullying dan memahami elemen intinya. Bullying harus mencakup tiga komponen berikut untuk dapat dikategorikan sebagai bullying: (a) Ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban, (b) Kesengajaan dalam tindakan, (c) Pola yang berulang.
Langkah 2: Definisikan bullying sebagai keadaan darurat
Setelah siswa dapat mengidentifikasi situasi bullying dengan tepat, langkah berikutnya adalah menganggapnya sebagai keadaan darurat. Siswa lebih cenderung bertindak jika mereka menganggap situasi tersebut mendesak. Namun, orang sering kali tidak mengenali bullying verbal dan relasional sebagai keadaan darurat seperti halnya bullying fisik, sehingga sulit bagi upstander untuk menentukan apakah mereka harus terlibat. Untuk membantu upstander melihat bullying sebagai keadaan darurat, siswa dapat berlatih menanamkan empati terhadap korban dan merenungkan dampak negatif dari semua bentuk bullying.
Langkah 3: Mengakui tanggung jawab pribadi untuk bertindak
Begitu siswa menganggap bullying sebagai keadaan darurat, mereka harus mengambil tanggung jawab pribadi untuk membantu. Mengambil tanggung jawab pribadi adalah elemen penting yang membedakan upstander dari bystander. Upstander melihat situasi dan tidak mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain; mereka merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi. Jika siswa merasa bahwa intervensi adalah tanggung jawab orang lain, mereka tidak akan membantu korban bullying. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab pribadi, siswa harus mulai melihat diri mereka sebagai warga yang bertanggung jawab dan berani menentang arus.
Langkah 4: Merasa kompeten untuk bertindak
Setelah seorang upstander memutuskan bahwa membantu adalah tanggung jawabnya, mereka harus merasa cukup kompeten untuk melakukan intervensi. Rasa kompeten berasal dari mengetahui cara untuk campur tangan. Untuk membantu upstander memperoleh pengetahuan ini, guru dapat mengadakan diskusi tentang insiden yang pernah disaksikan siswa, menggunakan contoh dunia nyata berdasarkan pengalaman siswa, video edukatif, dan bahkan media populer.
Langkah 5: Memutuskan untuk bertindak
Ketika upstander merasa kompeten untuk membantu, langkah terakhir dalam keputusan mereka untuk campur tangan adalah mengambil tindakan dan melakukan apa yang mereka bisa untuk menghentikan insiden bullying agar tidak berlanjut.

Kenali apa yang memungkinkan terjadinya bullying atau perundungan
Memahami cara berpikir pelaku perundungan itu penting, dan perundungan sering kali dipicu oleh apa yang dialami oleh pelaku itu sendiri. Sebagai contoh:
- Pelaku bullying mungkin memilih untuk menjadikan kamu sebagai target karena korban lain tidak ada.
- Mereka mungkin sedang dalam suasana hati yang buruk karena sesuatu yang bersifat pribadi.
- Mereka mungkin mencoba mengesankan seseorang dan menegaskan dominasinya dengan memilih kamu sebagai target.
- Mereka mungkin merasa kesepian pada hari itu dan, untuk merasa lebih kuat, mereka melakukan perundungan.
- Mereka mungkin sedang menghadapi masalah pribadi, seperti konflik rumah tangga atau hubungan, yang mereka lampiaskan kepada kamu.
Lindungi diri kamu sendiri
Cara paling penting untuk menghadapi pelaku intimidasi adalah memastikan bahwa kamu aman dan terlindungi. Karena kamu berniat untuk menghadapi mereka sendiri, penting untuk menetapkan beberapa aturan:
- Cobalah untuk tidak mendekati pelaku intimidasi, tetapi tunggu sampai mereka mendekati kamu. Hal ini memastikan bahwa kamu dapat membuat mereka lengah ketika kamu membela diri.
- Berhati-hatilah dengan tanggapan kamu. Cobalah untuk tidak menghina mereka atau membalasnya, karena hal ini dapat meningkat dengan cepat dan berubah menjadi kekerasan fisik.
- Jika kamu ingin berbicara dengan pelaku intimidasi, pastikan untuk memberi tahu orang-orang terdekat kamu agar mereka dapat membantu jika diperlukan. Jangan menghadapi situasi ini sendirian.
Mencegah bullying atau perundungan di masa depan
Penting bagi pelaku perundungan untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka agar mereka tidak lagi memiliki kekuatan untuk menindas orang lain. Cara untuk meminta pertanggungjawaban pelaku perundungan meliputi:
- Melaporkan perilaku mereka kepada pihak yang berwenang: Di tempat kerja, sekolah, atau platform digital, pelaporan dapat mempengaruhi posisi mereka karena tindakan mereka berdampak negatif pada lingkungan sekitar.
- Mencegah sifat-sifat negatif yang terkait dengan perundungan: Memberi tahu orang lain bahwa mendukung atau bergaul dengan pelaku perundungan tidak dapat diterima dapat membantu menghentikan perilaku perundungan. Dalam kasus perundungan digital, menegur perilaku berbahaya dan mempromosikan interaksi positif dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman.

Ciptakan stigma terhadap pelaku bullying
Membangun budaya kelompok yang sehat dan suportif sangat penting agar perundungan tidak dibiarkan, didukung, atau ditoleransi dalam bentuk apa pun. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh organisasi, sekolah, dan tempat kerja untuk mencegah perundungan:
- Mengidentifikasi dan mencegah 'perilaku awal' yang mengarah pada perundungan: Ini bisa berupa menertawakan kemalangan seseorang, memutar mata saat diberikan instruksi, mengabaikan atau mengucilkan orang lain dalam kelompok, atau berpartisipasi dalam interaksi online yang berbahaya seperti menyebarkan rumor atau mempermalukan seseorang secara publik di media sosial.
- Menciptakan rasa kebersamaan: Hal ini dapat dilakukan di dalam ruang kelas, membangun budaya perusahaan yang positif di tempat kerja, atau menciptakan komunitas digital yang inklusif di mana rasa hormat dan dukungan menjadi prioritas.Menetapkan sanksi serius terhadap bullying: Konsekuensi harus mencakup ruang offline dan online. Ini bisa berupa pemecatan kerja, skorsing sekolah, atau melibatkan orang tua dalam kasus bullying yang terjadi di sekolah atau media sosial.
{{cta-block}}