Konten ini dikembangkan bersama yang telah memberikan kontribusi keahlian mereka melalui proses peer review dan masukan khusus untuk memastikan informasi yang komprehensif dan akurat.
Kamu mungkin bertanya-tanya, “Bagaimana kalau aku kenal seseorang yang sedang berjuang melawan kecemasan?” dan yang lebih penting, “Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu mereka?”
Rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami pengalaman seseorang yang mengalami kecemasan adalah langkah awal yang luar biasa. Nggak seperti penyakit fisik, kecemasan sering kali nggak punya gejala yang bisa terlihat langsung, sehingga mudah untuk diabaikan atau disalahpahami. Karena itu, penting banget untuk mendekati mereka dengan penuh empati dan kasih sayang, bahkan kalau pengalaman mereka nggak selalu bisa kamu pahami sepenuhnya.
Berikut beberapa tips penting yang bisa kamu ingat — tentang apa yang bisa kamu katakan atau lakukan, dan yang nggak kalah penting, apa yang sebaiknya kamu hindari saat mendukung seseorang yang sedang mengalami kecemasan.
Apa yang Bisa Kamu Lakukan / Katakan
Apa yang Sebaiknya Tidak Kamu Lakukan / Katakan
Berikan validasi terhadap perasaan mereka.
Hal yang membuat mereka merasa cemas mungkin tampak sepele bagi kamu, tapi penting untuk mengakui bahwa apa yang mereka alami itu nyata dan menantang.
Kamu bisa memberikan validasi dengan:
Mengatakan hal-hal seperti: “Apa yang kamu alami itu sulit dan nyata,” “Aku kagum dengan kekuatanmu dalam menghadapi ini,” “Aku bisa melihat ini sangat mempengaruhi kamu, dan itu sepenuhnya valid.”
Menanyakan bagaimana kamu bisa memberikan dukungan saat mereka sedang merasa kesulitan.
Membiarkan perilaku menghindar yang justru memperkuat kecemasan mereka dalam jangka panjang.
Hal ini bisa terjadi kalau kamu berusaha keras untuk menghilangkan sumber kecemasan dari hidup mereka. Meskipun niatmu baik, yaitu ingin membuat mereka merasa lebih tenang secepat mungkin, hal ini justru membuat mereka terus-menerus menghindari situasi yang memicu kecemasan. Padahal, dengan terus menghindar, kecemasan akan semakin membesar karena mereka kehilangan kesempatan untuk mengatasi ketakutan dan belajar bahwa mereka sebenarnya mampu menghadapinya sendiri.
Tunjukkan kepedulianmu terhadap mereka.
Ini menunjukkan bahwa kamu peduli, dan bisa membantu mereka merasa cukup nyaman untuk membuka diri dan mencari dukungan.
Kamu bisa mengatakan sesuatu seperti: “Hey, aku perhatikan kamu akhir-akhir ini mulai menghindari pergi ke [isi tempatnya]. Kamu mau cerita kenapa?”
Tergantung bagaimana percakapannya berjalan, kamu juga bisa menanyakan apakah mereka merasa perlu bantuan atau dukungan dalam mengelola kecemasannya. Jika iya, kamu bisa membantu mereka untuk mencari bantuan profesional.
Hal-hal yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memulai pembicaraan:
Kapan waktu di mana mereka cenderung lebih fokus dan tenang?
Di mana mereka merasa paling nyaman dan aman?
Adakah tempat yang membuat kalian berdua merasa tenang dan tidak terganggu?
Bagaimana kondisi emosional mereka saat itu? Usahakan untuk membicarakan ini ketika mereka tidak sedang kewalahan atau stres berat, agar mereka lebih terbuka menerima percakapan dan tawaran dukunganmu.
Memaksa mereka untuk menghadapi ketakutan.
Mendorong seseorang secara paksa untuk menghadapi ketakutan mereka ketika mereka belum siap bisa membuat mereka menarik diri dan justru merusak hubungan kamu dengan mereka.
Cara terbaik agar teman atau anggota keluargamu bisa belajar menghadapi ketakutan terdalam mereka adalah dengan melakukannya secara bertahap dan bekerja sama dengan tenaga profesional kesehatan mental.
Lakukan active listening (mendengarkan secara penuh dan aktif).
Jangan pernah meremehkan kekuatan hadir sepenuhnya saat mendengarkan seseorang yang sedang menyampaikan kekhawatiran mereka. Dengan memberikan perhatian penuh saat mereka berbicara, kamu menunjukkan bahwa pengalaman mereka valid.
Dengan benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan, termasuk nada bicara dan ekspresi mereka, kamu juga bisa memahami hal-hal yang mungkin belum kamu ketahui sebelumnya—yang bisa membantumu memberikan dukungan dengan lebih tepat.
Membuat mereka merasa bersalah karena merasa cemas.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa dengan membuat orang yang mengalami kecemasan merasa bersalah, mereka akan lebih termotivasi untuk “keluar dari cangkangnya”.
Padahal anggapan ini sangat keliru.
Seseorang yang mengalami kecemasan kemungkinan besar sudah merasa sangat rendah terhadap dirinya sendiri, jadi jika kamu menambah beban dengan rasa bersalah, ini hanya akan memperburuk citra diri mereka dan memperkuat pikiran negatif tentang diri sendiri.
Yakinkan bahwa rasa peduli dan sayangmu terhadap mereka tidak berubah.
Penting untuk tidak menyalahkan atau menghakimi orang lain saat mereka merasa cemas. Bagi mereka yang mengalami kecemasan, dunia bisa terasa sangat tidak pasti. Dengan meyakinkan bahwa rasa sayang dan perhatianmu tidak berubah meskipun mereka sedang berjuang, kamu bisa memberikan kenyamanan dan rasa stabilitas yang sangat dibutuhkan dalam hidup mereka.
Kamu bisa mengatakan sesuatu seperti: “Sekuat apapun kecemasan yang kamu rasakan, itu nggak akan pernah mengubah seberapa besar aku peduli sama kamu.”
Mengatakan “Tenang aja” atau “Berhenti khawatir.”
Kalau memang kita bisa menghentikan rasa cemas kapan pun kita mau, tentu saja kita sudah melakukannya. Tapi sayangnya, itu bukan cara kerja kecemasan.
Bagi seseorang yang mengalami kecemasan, rasa cemas bisa muncul tanpa bisa dikendalikan. Jadi saat ada orang yang menyuruh mereka untuk “tenang aja” atau “berhenti khawatir”, itu justru terdengar meremehkan dan bisa membuat mereka merasa semakin kesal atau tidak dimengerti.
Dukung mereka untuk mencari bantuan profesional
Mendorong seseorang yang mengalami kecemasan untuk mencari bantuan profesional memang bisa terasa menantang dan agak canggung. Tapi kalau dilakukan dengan penuh kasih sayang dan tanpa menghakimi, membicarakan soal bantuan profesional bisa jadi langkah penting menuju peningkatan kesehatan mental jangka panjang.
Berikut beberapa tips praktis untuk membantu kamu memulai percakapan ini:
Sampaikan kekhawatiran kamu dengan lembut Mulailah dengan menunjukkan kepedulian dan dukungan yang tulus.
Yakinkan mereka bahwa mereka tidak sendirian. Setelah mereka menyampaikan kekhawatiran tentang kecemasan yang mereka alami, kamu bisa mengatakan sesuatu seperti, “Aku akan selalu ada untuk mendukungmu. Bantuan dari seseorang yang punya pengalaman profesional soal ini juga bisa jadi pilihan yang tersedia kapan saja.”
Hilangkan stigma soal terapi Katakan bahwa janji temu dengan profesional kesehatan mental tidak berarti mereka harus berkomitmen jangka panjang atau cocok langsung dengan terapis tertentu. Kamu bisa bilang, “Janji temunya bakal kayak pemeriksaan awal aja, mirip kayak pemeriksaan kesehatan fisik tahunan, tapi ini buat kesehatan mental kamu.”
Bantu mereka mengakses sumber bantuan Kalau mereka menunjukkan minat untuk mencari bantuan profesional, bantu mereka menemukan informasi tentang di mana mereka bisa mengakses bantuan tersebut. Bantuan profesional bisa datang dalam bentuk sesi tatap muka maupun konsultasi online. Kunjungi Seribu Tujuan Mencari Bantuan untuk tahu lebih lanjut.
Tawarkan dukungan praktis Tawarkan untuk menemani mereka ke sesi pertama dengan profesional kesehatan mental, atau bantu dalam proses pendaftaran mereka.Kadang, mengambil langkah pertama itu terasa sangat berat.