Sebagian besar dari kita cenderung langsung mengambil ponsel begitu bangun di pagi hari, entah untuk menggulir Facebook atau mengejar pembaruan media sosial yang terlewat selama tidur. Manusia menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial dan mengonsumsi konten digital dibandingkan yang ingin kita akui. Pada tahun 2024, rata-rata pengguna media sosial menghabiskan sekitar 143 menit per hari di platform ini. Sementara 5,22 miliar orang, atau 63,8% dari populasi dunia, aktif di media sosial—dan sebagian besar menggunakannya tanpa masalah—sekitar 6% dari populasi dunia, atau 210 juta orang, telah menjadi kecanduan dan menggunakan platform digital ini secara berlebihan, yang menyebabkan dampak negatif dalam kehidupan mereka.
Namun, karena penelitian tentang media sosial dan dampaknya terhadap kehidupan kita masih terbatas, mengenali kecanduan media sosial bisa menjadi tantangan. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa itu kecanduan media sosial, bagaimana kecanduan ini terlihat, dan bagaimana mengenali dampak negatifnya terhadap kehidupan kita.

Apa yang dimaksud dengan kecanduan media sosial?
Kecanduan media sosial dapat dikategorikan sebagai bentuk kecanduan internet, di mana pengguna memiliki dorongan yang tidak terkendali untuk masuk dan menggunakan platform media sosial secara berlebihan. Kecanduan ini dianggap sebagai diagnosis yang sedang berkembang dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-V), namun penelitian tentang kecanduan media sosial dan internet secara umum masih terbatas. Tidak ada definisi pasti mengenai bagaimana kecanduan internet benar-benar terlihat atau bagaimana kecanduan ini memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Namun, meskipun penelitian masih berkembang, kecanduan media sosial memiliki kesamaan dengan gangguan penyalahgunaan zat dalam beberapa aspek, yaitu:
- Penonjolan
- Modifikasi suasana hati
- Toleransi
- Penarikan
- Konflik
- Kambuh
Dengan sekitar 12% pengguna media sosial mengalami kecanduan ini, fenomena ini perlu dipelajari lebih lanjut—terutama karena banyak pengguna mengalami dampak negatif. Namun, bagaimana kecanduan itu bisa terjadi?
Orang yang mengalami kecanduan media sosial sering kali merasa bahwa mereka perlu menggunakan media sosial untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Perilaku ini sebagian besar didorong oleh dorongan untuk mencari pengalaman positif dan menghindari emosi negatif. Banyak pengguna media sosial menggunakan platform ini untuk melihat pembaruan status, membaca berita, atau menerima permintaan pertemanan, dengan tujuan mencari hiburan, presentasi diri, dan membangun hubungan sosial. Kebutuhan terus-menerus akan konten ini memperkuat dorongan untuk mencari pembaruan, yang pada akhirnya memperparah kecanduan.
Seperti apa kecanduan media sosial itu?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gejala kecanduan media sosial mirip dengan penyalahgunaan zat—termasuk munculnya masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Berikut adalah beberapa tanda yang bisa membantu mengidentifikasi kecanduan media sosial:
- Penggunaan yang berlebihan dan perubahan suasana hati – Individu yang kecanduan media sosial cenderung menggunakan platform ini secara kompulsif. Jika mereka tidak bisa mengakses media sosial, mereka bisa mengalami perasaan marah, frustrasi, atau bahkan kecemasan yang intens.
- Gangguan akademik dan pekerjaan – Salah satu dampak yang paling umum dari kecanduan media sosial adalah gangguan terhadap kinerja akademik dan pekerjaan. Sebuah studi tahun 2019 menunjukkan bahwa kecanduan media sosial dapat menyebabkan siswa menghabiskan lebih banyak waktu online dan lebih sedikit waktu belajar, yang mengganggu fokus mereka dan menghambat produktivitas.
- Masalah psikologis – Meskipun penggunaan media sosial yang berlebihan tidak secara langsung menyebabkan gangguan psikologis, hal ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental yang sudah ada. Pengguna yang rentan terhadap depresi dapat merasa lebih buruk karena mereka sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain, merasa kurang sukses atau kurang menarik dibandingkan dengan apa yang mereka lihat di media sosial.
- Harga diri yang rendah – Kecanduan media sosial memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap harga diri. Perbandingan sosial yang konstan dengan pencapaian orang lain di media sosial dapat menimbulkan rasa iri dan perasaan tidak mampu.

Kecanduan media sosial adalah kondisi yang kompleks dan masih terus diteliti. Jutaan orang di dunia menggunakan media sosial setiap hari, tetapi penelitian tentang dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan masih terbatas. Namun, seperti dalam banyak hal, keseimbangan adalah kunci.
Luangkan waktu untuk menjauh dari layar dan terlibat dalam hobi serta aktivitas lain yang kamu nikmati. Jika kamu merasa mengalami gejala kecanduan media sosial, jangan panik—bantuan tersedia dan pemulihan adalah hal yang mungkin. Segera cari diagnosis profesional dan bantuan untuk menemukan program rehabilitasi yang sesuai dengan kebutuhan dan gejalanya.
Ingatlah—memilih untuk secara sadar mengurangi waktu di media sosial, meskipun hanya sebentar, dapat membantu mengembalikan keseimbangan dalam hidup dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Kehidupan di luar layar menawarkan hubungan yang lebih bermakna, pengalaman yang lebih berharga, dan peluang yang lebih luas untuk dieksplorasi.