Walaupun aku menikmati olahraga, aku benci olahraga lari.
Maksudnya, kenapa orang-orang memaksa tubuh mereka untuk merasakan lelah dan sakit yang diakibatkan karena lari? Apa tidak bosan berlari selama berjam-jam? Apa sih yang dipikirkan saat lari dan apakah baik untuk memikirkan hal itu sendirian dalam waktu yang lama?
Jadi sejujurnya aku tidak pernah tertarik dengan olahraga lari sampai seseorang bilang, “Kamu harusnya ikut lari jarak jauh aja soalnya kamu jago banget lari dari kenyataan.”. Aku kemudian berpikir untuk mulai berlari hanya untuk bercanda. Tapi hal itu berubah karena lari menjadi satu coping mechanism dan antidepresan alami yang penting untukku.
Sekarang lari merupakan hal yang tidak terpisahkan dari rutinitas sehari-hari dan membantuku untuk melewati masa-masa sulit serta pikiran-pikiran negatif.
Kita semua pasti setuju apabila olahraga secara teratur akan meningkatkan kualitas kesehatan fisik. Tidak hanya itu, beberapa tahun terakhir berbagai penelitian membuktikan bahwa olahraga rutin juga berdampak positif terhadap kesehatan mental. Peningkatan frekuensi olahraga berkorelasi dengan pelepasan hormon endorfin yang berhubungan dengan peningkatan suasana hati dan rasa aman (Steinberg & Skyes, 1985). Hal ini menunjukkan bahwa lari merupakan hal yang dapat memperbaiki suasana hati dalam waktu singkat. Dalam depresi, lari secara rutin dapat menolong karena meningkatkan tingkat serotonin dan norepinephrine neurotransmitter, serta meningkatkan pelepasan protein bernama neurotrophic factors yang mendorong sel saraf untuk tumbuh dan membuat koneksi baru. Kondisi ini akan membuat perubahan struktural pada bagian hippocampus di otak yang ukurannya akan mengecil pada orang-orang yang didiagnosa mengalami depresi (Salmon, 2001).
Bagiku lari berdampak positif pada kesehatan mental dengan berbagai bentuk. Aku lari di pagi hari dan hasilnya aku dapat mengkondisikan pikiranku sebelum memulai hari yang panjang. Tidak hanya memberikan energi lebih banyak dengan endorfin dan sebagainya, lari juga bertindak sebagai trik psikologis untukku - apabila aku mengalami hari yang buruk setidaknya aku harus melakukan sesuatu, lari.
Terkadang aku mempraktikkan mindfullness sambil berlari. Aku merupakan orang yang tidak bisa diam sehingga meditasi bukan pilihan yang tepat. Dengan banyak panduan meditasi yang tersedia dalam bentuk podcasts, mempraktikkannya sambil berlari merupakan hal yang tepat. Aktivitas ini memberikan waktu satu jam di pagi hari untuk mengambil istirahat sejenak dari kehidupan dan merefleksikan diri. Hal ini membuatku mengetahui diriku secara lebih baik.
Ketika hidup penuh dengan tekanan atau pikiranku dipenuhi dengan pikiran negatif, aku akan mengambil waktu sejenak untuk lari. Lari akan memberikan waktu dan mengembalikan fokus pikiranku mengenai apa yang penting dan harus dipikirkan dalam hidup sebelum aku kembali ke kenyataan.
Sebelum aku mengakhiri tulisan ini - walaupun ya segala kebaikan yang didapatkan dengan berlari akan berdampak positif terhadap kesehatan mental - terkadang ada saat-saat dimana lari tidak mampu membuatku merasa lebih baik. Ada kalanya lari tidak menghentikan segala pikiran negatif dan tidak juga menghentikanku untuk tidak menangis di tempat umum. Ada kalanya lari hanya terasa sebagai rutinitas harian.
Aku setuju, lari tidak dapat memecahkan semua masalah hidup dan aku juga tidak bilang bahwa lari dapat mengobati depresi. Maksudku, aku melakukan banyak hal di samping lari untuk menjaga kesehatan mentalku. Tapi jelas, satu kegiatan menyenangkan dapat menolongmu untuk melewati hari-hari berat atau mungkin bisa menjadi satu hobi baru yang menyenangkan! Jadi, lari patut dicoba kan sebagai salah satu resolusi tahun baru? :)
Untuk membaca lebih lanjut mengenai olahraga dan perubahan gaya hidup lainnya untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental, klik disini.
Untuk membaca lebih lanjut soal gaya hidup dan kesehatan mental, klik disini.
Blumenthal, J. A., Smith, P. J., & Hoffman, B. M. (2012). Is Exercise a Viable Treatment for Depression? ACSMs Health Fit J, 16(4), 14-21. Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC474733/
Salmon, P. (2001). Effects of Physical Exercise on Anxiety, Depression and Sensitivity to Stress - A Unifying Theory. Clinical Psychology Review, 21(1), 33-61. Retrieved from: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.454.814&rep=rep1&type=pdf
Steinberg, H., & Skyes, E. A. (1985). Introduction to symposium on endorphins and behavioural processes; Review of literature on endorphins and exercise. Pharmacology Biochemistry and Behaviour, 23(5), 857-862. Retrieved from: https://doi.org/10.1016/0091-3057(85)90083-8