Pernah merasa butuh tempat untuk berbagi pikiran tentang topik2 yang berhubungan dengan kesehatan mental? 🤔
Seribu Tujuan mempersembahkan update terbaru: Mural ✨ sebuah ruang digital untuk mengutarakan suara dan pikiranmu
✨ Bagikan cerita dan pendatmu
💡 Dapatkan inspirasi dari pendapat orang lain
🌟 Menjadi bagian dari komunitas berpeduli kesehatan mental
Suaramu penting, dan punya tempat di sini. Kunjungi www.seributujuan.id/mural untuk menulis di mural bersama dengan ratusan orang lainnya! Mari lukis masa depan yang lebih cerah untuk kesehatan mental bersama-sama! 💚
Mindfulness atau Quality of being present—kemampuan untuk dapat sepenuhnya hadir dan fokus pada waktu dan keadaan sekarang (realita). Mindfulness ialah kemampuan untuk sepenuhnya memahami keadaan, pikiran, serta realita perasaan, tanpa ketakutan akan masa yang akan datang dan masa yang telah lewat. Kemampuan tersebut membebaskan pemiliknya dari distraksi dan segala bentuk prasangka dan penilaian (judgment), serta menghilangkan sifat reaktif terhadap keadaan, sehingga membawa ketenangan kepada pemiliknya (Headspace, 2019).
Sejatinya setiap orang memiliki mindfulness, namun dengan kapasitas yang berbeda tentunya. Setiap orang pernah merasakannya dengan ia sadari atau tidak, dengan menamai perasaannya atau tidak. Seperti ketika seseorang beribadah sesuai keagamaannya memohon kepada Tuhan dengan teramat sangat, begitu fokus, begitu tenang, begitu damai, saat itu orang tersebut mencapai mindfulness tanpa ia sadari.
Mindfulness sangat dekat dengan agama. Setiap agama mengajarkan kita untuk menjadi seseorang dengan kemampuan mindful. Menjadi seorang dengan ketenangan jiwa dan raga. Seseorang dengan kesabaran di setiap keadaan. Serta seseorang dengan pikiran dan hati yang terbuka dalam menerima dan mencerna setiap keadaan. Setiap agama pasti mengajarkan kita untuk memanfaatkan dan menghargai setiap detik waktu, orang-orang yang hadir di hidup kita, dan segala bentuk pemberian entah itu baik atau pun buruk dengan penuh syukur. Setiap agama pasti mengajarkan dan menjanjikan kita dengan karunia yang lain yang lebih baik yang akan Tuhan berikan apabila kita mampu bersyukur atas apapun yang diberikan kepada kita. Tidak perlu menyesal karena karunia Tuhan itu nyata adanya. Praktiknya agama mampu meningkatkan mindfulness pada diri seseorang.
"Kedekatan seni mindfulness dengan agama memang tidak terpisahkan. Seni mindfulness berakar dari agama dan merupakan salah satu bagian dari ajaran agama."
Kedekatan seni mindfulness dengan agama memang tidak terpisahkan. Seni mindfulness berakar dari agama (Selva, 2017) dan merupakan salah satu bagian dari ajaran agama. Namun demikian mindfulness berkembang lebih daripada agama itu sendiri. Mindfulness tidak selalu berhubungan dengan agama. Kemampuan ini mampu berdiri sendiri tanpa sebuah atas nama agama. Bahkan kemampuan mindfulness tersebut, telah banyak memiliki irisan dengan berbagai ilmu selain agama, seperti sains, kesehatan, dan psikologi. Terbukti bahwa, mindfulness ialah kemampuan yang dapat terus dikembangkan, diajarkan, dan dimiliki oleh semua orang. Sehingga praktik dalam menciptakan dan meningkatkan mindfulness pada diri seseorang dapat dilakukan tanpa kegiatan keagamaan dan tanpa adanya keterikatan dengan agama itu sendiri.
Sama halnya dengan agama dan kepercayaan spiritual yang banyak dianut manusia, mindfulness juga membawa manusia ke banyak nilai positif dalam hidup dan dipercaya dapat menghilangkan berbagai sakit jiwa dan hati. Hal tersebut karena mindfulness merupakan hal yang sama mendasarnya seperti kepercayaan manusia terhadap hal-hal spiritual. Mindfulness merupakan bagian dari pengalaman dan pembelajaran manusia. Mindfulness bukan agama, bukan juga hal spiritual. Namun, keberadaannya yang mendasar teramat erat dengan agama dan hal-hal spiritual, sehingga mindfulness banyak dikaitkan dengan kedua hal tersebut. Apalagi mindfulness merupakan sebagian dari ajaran agama. Walaupun berbeda, mindfulness dapat digunakan dari segi latihan spiritual, dan dapat ikut dikembangkan bersamaan dengan proses spiritual itu sendiri, dan begitu juga sebaliknya (Beach, 2017). Namun, semua proses pengembangan dalam mencapai nilai mindfulness tersebut dapat dilakukan secara terpisah karena sejatinya karakter mindfulness berdiri sendiri sebagai bagian mendasar dari manusia. Praktisnya, mindfulness bukan merupakan kegiatan keagamaan, karena mindfulness sendiri bukan merupakan agama.
Pelajari mindfulness lebih lanjut di Seribu Tujuan
Beach, S. R. 2017. Is mindfulness a religion?. https://www.huffpost.com/entry/is-mindfulnes-a-religion_n_6136612/amp?guccounter=1, diakses 3 Juni 2019.
Doty, J.R. 2016. Into The Magic Shop: Neurosurgeon’s Quest to Discover the Mysteries of the Brain and the Secrets of Heart. Avery, New York: 1—276.
Ergas, O. 2014. Mindfulness in education at the intersection of science, religion, and healing. Critical Studies in Education 55(1): 58–72, http://dx.doi.org/10.1080/17508487.2014.858643
Headspace. 2019. What is mindfulness?. https://www.headspace.com/mindfulness, diakses 30 Mei 2019.
Koenig, H.G. 2009. Research on Religion, Spirituality, and Mental Health: A Review. The Canadian Journal of Psychiatry, 54(5): 283—291.
Lim, D., P. Condon, & D. DeSteno. 2015. Mindfulness and Compassion: An Examination of Mechanism and Scalability. PLoS ONE 10(2): 1—8. doi:10.1371/journal.pone.0118221
Selva, J. 2017. History of Mindfulness: From East to West and From Religion to Science. https://positivepsychologyprogram.com/history-of-mindfulness/, diakses 30 Mei 2019.