Kita, manusia adalah makhluk kebiasaan. Kebiasaan itu penting karena membantu kita menjalani hari. Hal keren dari kebiasaan adalah kita bisa memprogram otak kita dan memulai kebiasaan baru yang bermanfaat bagi kita, dan tentunya kesehatan mental kita. Menjaga gaya hidup yang sehat dan positif sangatlah penting, karena ada bukti yang menunjukkan hubungan antara menjaga gaya hidup positif dan peningkatan kesehatan mental seseorang.
Membuat perubahan tidak harus drastis, dan perubahan tidak harus menakutkan. Perubahan bisa dilakukan secara perlahan dan bertahap. Berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan gaya hidupmu:
Memperbaiki pola makan bisa sesederhana makan sarapan setiap hari. Hal ini penting, karena mereka yang makan sarapan secara teratur menunjukkan gejala depresi yang lebih sedikit daripada mereka yang tidak (Lee, SA et al, 2017).
Mungkin bisa dimulai dengan menambahkan makanan yang kaya akan magnesium, folat, seng dan asam lemak esensial ke dalam menu makanmu karena bisa membantu otak berfungsi secara optimal. Makanan tersebut bisa berupa sayuran hijau, gandum, buah, daging merah tanpa lemak, dan lain sebagainya (Lassale et al, 2018). Untuk beberapa pilihan yang lebih menyenangkan, coba tambahkan makanan yang kaya polifenol seperti beri, teh, dan cokelat hitam. Makanan yang kaya polifenol diketahui bisa menjadi sarana terapi untuk mendukung otak yang sehat (Gomez-Pinilla & Nguyen, 2012).
Kalau kamu bukan penggemar berat olahraga, mungkin kamu bisa mulai dengan membuat komitmen untuk berjalan selama 10 menit setiap hari. Hal ini bisa dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Setelah itu, bisa coba tambahkan beberapa peregangan. Durasi waktu bisa ditingkatkan secara bertahap. Kalau kamu sudah merasa nyaman, mungkin kamu bisa mulai melakukan latihan, seperti jogging dan berenang. Hal ini penting karena latihan bisa meningkatkan kadar serotonin otak, yaitu neurotransmitter yang terlibat dalam mengatur suasana hati seseorang (Black Dog Institute, 2017).
Pernahkah kamu mendengar istilah sleep hygiene atau pola tidur bersih? Sleep hygiene adalah praktik perilaku dan lingkungan, yang bertujuan untuk membantu orang yang mengalami insomnia ringan hingga sedang. Namun, teknik ini juga diketahui bisa membantu mereka yang tidak menderita insomnia (Irish et al, 2015).
Sederhananya, sleep hygiene adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebiasaan tidur yang hebat. Praktik ini mencakup pembuatan rutinitas tidur teratur untuk membantu tubuh mengenali waktu tidur. Beberapa prinsip dalam praktik ini antara lain:
Memutuskan koneksi bisa berupa menghabiskan lebih sedikit waktu untuk scrolling dan browsing di layar gawaimu. Hal ini karena perangkat elektronikmu bisa terlalu menstimulasi otak, sehingga memutuskan koneksi internet selama beberapa menit bisa memberimu waktu istirahat mental yang sangat dibutuhkan.
Sebagai makhluk sosial, sama pentingnya bagi kita untuk terhubung dengan orang lain, khususnya hubungan secara tatap muka. Salah satu pemicu terbesar gejala penyakit mental adalah isolasi. Ketika kamu menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman, dan umumnya di sekitar orang-orang yang kamu sukai, mereka bisa membuatmu merasa lebih bahagia dan puas. Mereka juga bisa menjadi sistem pendukung, dan menjadi orang-orang yang mendengarkan keluh kesahmu. Ingat, segalanya hampir selalu lebih buruk kalau dipikirkan sendiri.
Mengurangi stres bisa dilakukan melalui berbagai hal sederhana, seperti:
Yang penting adalah membuat perubahan gaya hidup yang positif untukmu, bukan sebagai pengganti pengobatan atau konseling. Kadang-kadang, seiring berjalannya waktu, keadaan menjadi sedikit lebih sulit dan kamu mungkin melihat bahwa perubahan yang kamu buat tidak membantu seperti dulu, atau kamu mungkin menemukan bahwa kamu bisa melakukannya dengan lebih banyak bantuan. Terkadang kita berpikir bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri, tetapi kemudian hal-hal terasa terlalu berlebihan. Ketika ini terjadi, ketahuilah bahwa sebaiknya kamu bertemu dengan teman, keluarga, atau profesional. Belajar bagaimana bersikap lembut pada diri sendiri dan mengetahui kapan harus mencari bantuan, pada akhirnya, adalah perubahan gaya hidup terbaik yang bisa kamu lakukan.
Tadi itu hanya lima hal yang bisa kamu mulai lakukan untuk meningkatkan gaya hidup. Ada banyak hal lain di luar sana yang bisa kamu coba. Satu hal penting yang perlu diingat adalah perubahan itu membutuhkan waktu. Terapkan hal-hal ini satu per satu, dan perlahan, ke dalam hidup mu. Tidak apa-apa kalau kamu tidak bisa melakukan semuanya sekaligus, toh kamu tidak seharusnya melakukannya. Kamu seharusnya melakukan ini secara bertahap. Sebagai permulaan, sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuat resolusi tahun baru ... mungkin kamu bisa coba salah satu teknik di atas yang bisa diterapkan di tahun baru yang akan datang!
Pelajari gaya hidup dan kesehatan mental lebih lanjut di Seribu Tujuan
Black Dog Institute, 2017, Exercise and Depression fact sheet https://blackdoginstitute.org.au/docs/default-source/factsheets/exercise_depression.pdf
Gomez-Pinilla, F., & Nguyen, T.T. (2012). Natural mood foods: the actions of polyphenols against psychiatric and cognitive disorders, Nutr Neusoci, 3, 127-133. doi: 10.1179/1476830511Y.0000000035
Irish, L.A., Kline, C.E., Gunn, H.E., Buysse, D.J., & Hall, M.H. (2015) The role of sleep hygiene in promoting public health: A review of empirical evidence, Sleep Med Rev, 22, 23-26. doi: 10.1016/j.smrv.2014.10.001
Lambert, G.W., Reid, C., Kaye, D.M., Jennings, G.L., & Esler, M.D. (2002). Effect of sunlight and season on serotonin turnover in the brain, Lancet, 360, 1840-1842, DOI: 10.1016/s0140-6736(02)11737-5
Lassale, C., Batty, G.B., Baghdadli, A., Jacka, F., Sanchez-Villegas, A., Kivimaki, M., & Akbaraly, T. (2018) Healthy dietary indices and risk of depressive outcomes: a systematic review and meta-analysis of observational studies, Molecular Psychiatry, 24, 965-986.
Lee, S.A., Park, E.C., Ju, Y.J., Lee, T.H., Han, E., & Kim, T.H (2017) Breakfast consumption and depressive mood: a focus on socioeconomic status, Appetite, 114, 313-319, doi: 10.1016/j.appet.2017.04.00