“Masa remaja adalah masa yang paling indah.”
Begitu kata-kata yang sering terdengar. Mungkin benar untuk sebagian orang, tapi tidak semua. Masa remaja bisa jadi menyenangkan, menyedihkan, atau bahkan menyeramkan. Semua bergantung kepada setiap pengalaman dalam perjalanan hidup kita saat remaja. Pengalaman tersebut hadir untuk membantu kita menemukan jati diri yang sebenarnya. Ada yang dapat menemukannya dengan mudah, ada pula yang mengalami kesulitan dalam perjalanannya.
Masa remaja, usia 13 hingga 21 tahun, memang betul masa yang penuh dengan perubahan. Sebuah tahap transisi dari seorang anak kecil menjadi orang dewasa. Awal masa remaja, dalam benak pasti mulai bermunculan pertanyaan-pertanyaan mengenai diri sendiri, “Siapa aku?”, “Aku seperti apa sih di mata orang lain?”, “Apa tujuan hidupku?”. Perjalanan panjang pencarian jati diri yang sebenarnya dan peran dalam dunia dimulai di sini. Seperti belum cukup berat, adanya pubertas sangat berpengaruh terhadap pola pikir impulsif, perilaku kurangnya kontrol, dan emosi yang lebih sensitif.
Tidak semua orang mampu melalui masa remaja dengan baik. Oleh karena berbagai alasan dan latar belakang, ketidakmampuan seseorang akan hal ini pada akhirnya bisa menimbulkan kebingungan akan identitas dan tempatnya di dunia serta ketidakstabilan dalam ciri kepribadian lainnya dari orang tersebut. Kepribadiannya menjadi tidak utuh yang kemudian dapat berlanjut menjadi gangguan kepribadian, salah satunya Borderline Personality Disorder.
Borderline Personality Disorder atau sering disingkat BPD adalah suatu gangguan kepribadian yang ditandai dengan kesulitan membangun dan memelihara hubungan yang sehat, emosi dan dorongan hati yang berubah secara tiba-tiba, serta merasa jati diri terganggu. Dari ciri kepribadian inilah, maka BPD sangat terkait dengan perjalanan pencarian jati diri pada remaja, sehingga hal ini menjadi faktor risiko yang meningkatkan kecenderungan BPD.
Saat ini, BPD pada remaja sudah dianggap gangguan mental yang umum. Suatu jurnal terpublikasi tahun 2014 menyatakan sekitar 1,4% remaja ditemukan memiliki gejala BPD di usia 16 tahun. Seiring usia 22 tahun angka ini semakin meningkat hingga mencapai 3,2%. Kriteria BPD yang paling sering ditemukan pada remaja yaitu perilaku melukai diri sendiri dan bunuh diri. Hal ini disebabkan pola pikir remaja yang suka mengambil risiko dan impulsif sebagai respon terhadap emosi yang tidak menyenangkan. Data lainnya menunjukkan biasanya BPD terlihat pada masa remaja, memuncak pada masa dewasa, baru setelah itu membaik (Kaess, 2014).
Di Indonesia, gangguan kepribadian pada remaja belum banyak mendapat perhatian. Deteksi dini untuk gangguan kepribadian sudah ada tapi belum banyak dilakukan, mengingat sulitnya menilai dengan tepat suatu gangguan kepribadian. Hal sederhana yang dapat dilakukan mandiri oleh remaja adalah melakukan refleksi terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku diri sendiri. Jika merasakan sesuatu yang salah, segera cari bantuan profesional.
Secara umum, BPD banyak dialami oleh remaja. Masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan perkembangan emosi sehingga remaja lebih rentan terhadap BPD. Salah satu gejala yang paling sering ditemukan di antara remaja dengan BPD adalah perilaku melukai diri sendiri.
Selain itu, lebih banyak perempuan yang didiagnosa mengidap BPD daripada laki-laki. Namun BPD dapat juga diderita oleh orang-orang dari segala jenis kelamin, usia atau latar belakang.
Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1994). Kaplan and Sadock's synopsis of psychiatry: Behavioral sciences, clinical psychiatry. Williams & Wilkins Co.
Kaess, M., Brunner, R., & Chanen, A. (2014). Borderline Personality Disorder in Adolescence. PEDIATRICS, 134(4), 782-793. doi: 10.1542/peds.2013-3677
Chapman, J., Jamil, R., & Fleisher, C. (2020). Borderline Personality Disorder. Retrieved 18 November 2020, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430883/#article-27054.s12