Pernah merasa butuh tempat untuk berbagi pikiran tentang topik2 yang berhubungan dengan kesehatan mental? ๐ค
Seribu Tujuan mempersembahkan update terbaru: Mural โจ sebuah ruang digital untuk mengutarakan suara dan pikiranmu
โจ Bagikan cerita dan pendatmu
๐ก Dapatkan inspirasi dari pendapat orang lain
๐ Menjadi bagian dari komunitas berpeduli kesehatan mental
Suaramu penting, dan punya tempat di sini. Kunjungi www.seributujuan.id/mural untuk menulis di mural bersama dengan ratusan orang lainnya! Mari lukis masa depan yang lebih cerah untuk kesehatan mental bersama-sama! ๐
Suatu hubungan kodependensi terbentuk saat seorang individu hanya bisa memuaskan kebutuhan emosional dan kepercayaan diri dengan berinteraksi dengan pasangan mereka (Dear et al., 2005; Good Therapy, 2019). Seringkali, seorang individu kodependen akan mengorbankan keinginan dan kebutuhan mereka untuk memuaskan pasangan mereka (Dear et al., 2005; Good Therapy, 2019). Hubungan kodependensi sering terdiri dari satu individu kodependensi, yang melekat secara tidak wajar dan tidak mandiri, dan satu individu pendukung, yang memperbolehkan pasangan mereka untuk mengorbankan kebutuhan mereka sendiri (Wetzler & Cole, 1999).
โ
Saat memahami tanda-tanda kodependensi dalam hubungan, penting untuk menyadari perbedaan antara hubungan dimana kedua pihak bergantung secara sehat antara satu sama lain, dan hubungan dimana satu individu bergantung secara tidak wajar pada yang lain (Morgan, 1991).
Tabel 1. Kodependensi vs Dependensi (Morgan, 1991)
โ
Pasangan kodependen cenderung mengabaikan perilaku berbahaya yang mereka kenali pada pasangan mereka dan akan lanjut berinvestasi dalam hubungan secara emosional dan fisik, sering kali percaya bahwa mereka dapat menyelamatkan pasangan mereka dari kesalahan seperti itu (Good Therapy, 2019; Mellody et al., 1989). Individu-individu ini akan melakukan apa saja untuk menyenangkan sang pendukung, termasuk berkompromi dengan moral, hati nurani, dan kesehatan fisik mereka sendiri (Bacon et al., 2020).
โ
Penelitian menunjukkan individu-individu yang mengalami pengabaian, pelecehan, atau tanggung jawab yang intens untuk kesejahteraan orang lain selama tahun-tahun perkembangan akan lebih mungkin untuk mencari hubungan kodependen nanti (Morgan, 1991). Sebagai contoh:
Anak-anak mungkin diajarkan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri tidaklah penting dan akan sering dihukum saat mereka mengekspresikan mereka (Knudson & Terrell, 2012).
โ
Individu-individu yang dipaksa menjadi pengasuh pada usia muda sering belajar untuk mengabaikan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri untuk keuntungan orang lain (Berry, 2017).
โโ
Anak-anak dan remaja-remaja yang dilecehkan belajar untuk menekan perasaan mereka sebagai mekanisme pertahanan, mengakibatkan kegagalan untuk mengenali kebutuhan mereka sendiri (Knudson & Terrell, 2012).
โ
Karena trauma masa lalu, individu yang kekurangan rasa diri akan beradaptasi terhadap kebutuhan dan keinginan dari pasangan mereka, termasuk mengubah dan memodifikasi diri mereka sendiri untuk merasa dicintai dan diterima (Bacon et al., 2020).
โ
Saat berusaha untuk mengubah suatu hubungan kodependen menjadi suatu hubungan yang sehat, penting untuk mengambil langkah-langkah kecil menuju perpisahan, seperti mencari aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan hobi-hobi yang tidak termasuk pasangan (Berry, 2017). Penting juga pasangan kodependen menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman tanpa kehadiran pendukung (Berry, 2017). Lebih jauh lagi, pendukung harus mengenali pentingnya tidak memperbolehkan pasangan mereka untuk terus membuat pengorbanan yang ekstrim untuk mereka (Berry, 2017). Sebagai tambahan, terapi individu atau kelompok, disediakan oleh para psikologis dan konselor, sangat penting dalam membantu individu kodependen menemukan dan mengekspresikan emosi yang tertekan serta mengajar kedua individu cara mengenali pola-pola perilaku spesifik (Irvine, 1995). Dalam kasus-kasus dimana konseling untuk kepribadian dependen tidak tersedia, menangani faktor-faktor lainnya berkontribusi dalam kodependensi dapat membantu mengubah perilaku, sebagai contoh kepercayaan diri yang rendah dan kecemasan perpisahan.
Bacon, I., McKay, E., Reynolds, F., & McIntyre, A. (2020). The Lived Experience of Codependency: An Interpretative Phenomenological Analysis. International Journal of Mental Health and Addiction, 18(3), 754โ771. https://doi.org/10.1007/s11469-018-9983-8
Berry, J. (2017, October 31). Codependent relationships: Symptoms, warning signs, and behavior. https://www.medicalnewstoday.com/articles/319873
Dear, G., Roberts, C., & Lange, L. (2005). Defining codependency: A thematic analysis of published definitions. ECU Publications Pre. 2011. https://ro.ecu.edu.au/ecuworks/7153โ
Good Therapy. (2019). Therapy for Codependency, Therapist for Codependency. https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/issues/codependency
Irvine, L. J. (1995). Codependency and Recovery: Gender, Self, and Emotions in Popular Self-Help. Symbolic Interaction, 18(2), 145โ163. https://doi.org/10.1525/si.1995.18.2.145
Knudson, T. M., & Terrell, H. K. (2012). Codependency, Perceived Interparental Conflict, and Substance Abuse in the Family of Origin. The American Journal of Family Therapy, 40(3), 245โ257. https://doi.org/10.1080/01926187.2011.610725
Mellody, P., Miller, A. W., & Miller, K. (1989). Facing codependence: What it is, where it comes from, how it sabotages our lives (1st ed.--). Harper & Row.
Morgan, J. P. (1991). What is codependency? Journal of Clinical Psychology, 47(5), 720โ729. https://doi.org/10.1002/1097-4679(199109)47:5<720::AID-JCLP2270470515>3.0.CO;2-5
Wetzler, S., & Cole, D. (1999). Is It You or Is It Me?: Why Couples Play the Blame Game. HarperCollins.